Bismillaah.
Seperti umumnya naluri seorang ibu, pasti menginginkan menjadi ibu terbaik untuk anak-anaknya. Begitu pula dengan saya. Sejak sebelum menikah sudah membayangkan bagaimana pola pendidikan yang akan diberikan ke anak. Mencari di lingkaran komunitas pergaulan media sosial, belajar dari para senior (kakak tingkat kuliah yang terlebih dahulu menjadi Ibu) bagaimana pengalaman mereka membersamai anak.
Salah satu yang menarik adalah komunitas Institut Ibu Profesional (IIP) gagasan seorang Ibu cerdas bernama Septi Peni Wulandari. Beliau rela resign dari CPNS yang sudah diterimanya, demi memenuhi keinginan suaminya untuk mengurus sendiri anak-anak. Bu Septi merubah paradigma dalam dirinya, bahwa Ibu rumahan harus seproduktif Ibu kantoran. Maka beliau memprofesionalkan diri menjadi Ibu rumahan (yang tidak menjadi pegawai di kantor). Konon cerita, beliau sampai merubah kostum daster menjadi kostum yang lebih elegan. Menyamakan diri dengan pegawai kantoran walau kerjanya mengurus rumah dan anak-anak. Masyaa ALLOH, beliau sukses menjadi Ibu rumahan yang profesional. Menemukan metode Jarimatika hasil olah pikirnya, ketika membersamai anaknya belajar matematika. Mendampingi masa ekspolrasi anak tentang berbagai hal dan profesi, hingga anak-anaknya dapat menemukan bakat dan tujuan hidupnya di usia baligh mereka.
Setelah beres dengan tugas awal sebagai Ibu profesional, beliau mendirikan IIP untuk berbagi pengalaman dan semangat kepada Ibu-ibu lainnya. Semangat menjadi Ibu profesional, walau tidak bekarja di kantor maupun bekerja di kantor. Ibu profesional tidak harus bekerja di kantor, dan juga tidak harus yang resign dari kantor. Semua kondisi memiliki peluang yang sama untuk jadi Ibu Profesional.
Sudah banyak yang ikut program IIP. Mereka membagikan pengalaman menarik versi masing-masing sesuai level pelajaran yang sedang diikuti di IIP. Karena berbagai faktor internal, saya masih mikir-mikir mau ikut. Hehe..
Bulan Juni 2018 ini ada pendaftaran IIP kloter ke sekian. Saya sudah berniat untuk ikut. Sudah kepoin cara daftarnya dan siapkan uang pendaftaran. Saya pikir masa pendaftaran sekitar 3-6 hari. Saya berniat daftar di hari ke-2, karena pas waktunya memungkinkan untuk transfer ke bank. Ternyata, kloter sekarang ada pembatasan jumlah peserta, hanya 1.500 orang saja. Lebih mencengangkannya lagi, dua jam pertama dari mulai pembukaan pendaftaran telah ditutup. Jumlah pendaftar sudah memenuhi quota. Toeng! Saya pun lemas. Haha..
Padahal saya bikin blog ini, salah satunya untuk mengarsipkan pelajaran dan pengalaman belajar di IIP versi kondisi saya. Wkwk..
Alhamdulillaah, di bulan Juni 2018 ini saya juga mulai ikut kelas online Matan Tahsin Bersanad (MTB). Mengikuti jejak seorang sahabat nun jauh di Lampung sana. Setelah dia disimak hafalan awal tentang teori Tahsin Bersanad oleh Syeikh Khanova Maulana, LC (pemegang hafalan bersanad hingga ke Rosululloh), dia dan kawan-kawan membuka kelas online program serupa.
Waktu itu juga saya sedang ikut program offline belajar tahsin Wafa (salah satu metode belajar Al-Qur'an). Qodarulloh, di tahsin Wafa membahas matan Al-Jazari. Sama dengan program online sahabat saya, pertama adalah menghafal Matan Al-Jazari.
Matan adalah ringkasan suatu tema tertentu. Al-Jazari adalah "Bapak"-nya ilmu tajwid. Mau pake metode tahsin apapun, pasti rujukan awalnya adalah Matan Al-Jazari ini. Ingat ya, matan itu ringkasan teorinya. Untuk menjelaskan matan, disebut syaroh. Jadi, saya ikut online hafalan matan nya, dan di offline tahsin Wafa saya ikut penjelasan syaroh nya. Alhamdulillaah pengajar tahsin Wafa yang saya ikuti, sudah pernah ikut programnya Syaikh Khanova. Saya pun sudah minta izin ke beliau (ustadzah tahsin Wafa) mau ikut kelas hafalan online, dan mohon disimak hafalan offline nya. Hehe..
*****
Ketika saya belum berhasil ikut IIP, ALLOH sediakan pelipur lara yang amat berharga. Mengikuti kelas online MTB. Alhamdulillaah, sangat tercengang dan kagum dengan cabang ilmu baru, yaitu tajwid.
Mungkin ALLOH punya maksud lain dengan ditundanya saya ikut IIP. Ya, apalagi selain belum selesai kuliah. Hihi..
Baiklah, fokus lulus kuliah dulu. Sambil belajar Matan Al-Jazari. Tentu saja masih momong Qiyya dengan sebisa apa yang saya bisa. Hehe..
Sembari masih pengen berberes total rumah, dan memulai belajar di toko online yang beneran. Selama ini belajar toko online nya angin-anginan banget. Sudah berapa kali gonta-ganti akun percobaan jualan. Sekarang pelan-pelan mau belajar yang rapi dan profesional.
Tunggu cerita selanjutnya ya..
Do'akan!